Saturday, February 21, 2009

Traditional Dress of Korea

Pakaian tradisional Korea dikenal sebagai 'Hanbok', termasuk kebudayaan lokal sebagai hangeul (Korea abjad sistem) dan kimchi. Keindahan hankbok terlihat pada keselarasan warnanya dan garis sederhananya yang berani. Pakaian ini terdiri atas celana atau rok, jaket dan sehelai jubah.

Orang Korea memakai pakaian berdasar status sosial mereka, membuat rok sebagai angka penting pangkat.

Pakaian wanita terdiri dari penutup-sekitar rok dan sehelai jaket. Sering disebut chima-jeogori, 'chima' berarti rok dan 'jeogori' berarti jaket. Sedangkan Pakaian laki-laki terdiri dari sehelai jaket pendek dan celana, disebut 'baji', yang longgar dan diikat di pergelangan kaki.

Hanbok bisa digolongkan menurut fungsinya: pakaian sehari-hari, pakaian upacara seperti ulang tahun anak-anak (Dol Hanbok), pernikahan (Hollyebok), atau pemakaman, dan pakaian untuk tujuan tertentu (di tempat keramat, cenayang atau pemain tarian tradisional)



SEJARAH HANBOK------>
  • Hanbok pada masa Tiga Kerajaan
Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji (celana) dan chima(rok) diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada zaman Tiga Kerajaanlah pakaian sejenis ini mulai berkembang. Lukisan pada situs makam Goguryeo menunjukkan gambar laki-laki dan wanita pada saat itu memakai celana panjang yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur tersebut sepertinya tidak banyak berubah sampai saat ini.

Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang.

Pada masa ini, pakaian berbahan sutra dari Tiongkok (Dinasti Tang) diadopsi oleh anggota keluarga kerajaan dan pegawai kerajaan. Ada yang disebut Gwanbok, pakaian tradisional untuk pegawai kerajaan pada masa lalu.


  • Periode Goryeo
Ketika Dinasti Goryeo (918–1392) menandatangani perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol, raja Goryeo menikahi ratu Mongol dan pakaian pegawai kerajaan lalu mengikuti gaya Mongol. Sebagai hasil dari pengaruh Mongol ini, rok (chima) jadi sedikit lebih pendek. Sedangkan Jeogori (baju untuk tubuh bagian atas) diikat ke bagian dada dengan pita lebar, sedangkan lengan bajunya didesain agak ramping.

  • Periode Joseon
Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad ke-19, Daewon-gun memperkenalkan Magoja, jaket bergaya Manchu yang sering dipakai hingga saat ini.

Chima pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi pendek dan ketat. Heoritti atau heorimari yang terbuat dari kain linen difungsikan sebagai korset karena begitu pendeknya jeogori.

Kalangan atas memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang bervariasi dan terang. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena tidak sanggup membelinya.

Umumnya dahulu kaum laki-laki dewasa mengenakan durumagi (semacam jaket panjang) saat keluar rumah.


Kalau kita nonton korean Drama Princess Hours, Hwang Jini, Jewel in the Palace, etc, pasti liat wanita Korea pake semacam konde..nah tu awalnya pria maupun wanita memelihara rambut mereka menjadi panjang. Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde (mengikat) rambutnya sampai atas kepala sangtu, sedangkan wanita mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang. Wanita berkedudukan sosial tinggi seperti kisaeng, memakai aksesori wig yang disebut Gache. Gache sempat dilarang di istana pada abad ke-18. Pada akhir abad ke-19, gache semakin populer di antara kaum wanita dengan bentuk yang semakin besar dan berat. Jokduri, jenis gache yang lebih kecil.

Tusuk konde binyeo, ditusukkan melewati konde rambut sebagai penguat atau aksesori. Bahan pembuatan binyeo bervariasi sesuai kedudukan sosial pemakainya. Wnita juga mengenakan jokduri pada hari pernikahan mereka dan memakai ayam untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin.

Pria menggunakan gat, topi dari rambut kuda, yang juga bervariasi sesuai status atau kelas.



2 komentar:

Rakhmat Ari Wibowo said...

::isi pertamax pasti pas duluuu::

yuhuuuhuuhu..denger hanbok jadi kangen nonton cosplay niih

atha said...

nice posting

Post a Comment